PT Kereta Api Indonesia (Persero) berhasil mereaktivasi jalur kereta api di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Adapun rute jalur kereta api yang direaktivasi adalah dengan Kalimas-Prapat Kurung.
KAI melibatkan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan anak usahanya PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) dalam mereaktivasi jalur kereta api Kalimas-Prapat Kurung.
Baca Artikel: Jalur Kereta Api di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Kembali Hidup
Jalur kereta api di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, sebenarnya sudah dibangun sejak zaman Hindia Belanda. Selain rute Kalimas-Prapat Kurung, jalur kereta di Pelabuhan Tanjung Perak juga menyebar seperti ke Terminal Nilam dan Terminal Berlian.
Lantas seperti apa sejarah rel kereta api di Pelabuhan Tanjung Perak?
Surabaya merupakan kota perdagangan yang sibuk. Hasil bumi dari wilayah timur Jawa terutama gula, kopi, dan tembakau dikirim ke Pelabuhan Tanjung Perak untuk diekspor.
Awalnya, komoditas ekspor diangkut secara tradisonal menggunakan cikar atau pedati melewati jalan darat dan perahu melalui sungai menuju pelabuhan di daerah Kalimas. Sementara itu, barang-barang impor yang banyak dibawa dari pelabuhan ke daerah pedalaman adalah barang modal dan industri seperti material pembangunan kereta api yang sebagian besar berasal dari luar negeri seperti Belanda, Jerman, Inggris, dan Amerika.
Masuknya para pemodal swasta mampu meningkatkan produksi komoditas ekspor. Untuk memperlancar proses distribusi, dibangun transportasi yang modern, kereta api.
Kapal laut merapat di Pelabuhan Tanjung Perak tahun 1915/Dok: KITLV |
Adalah Staatssporwegen (SS), perusahaan kereta api negara yang pertama kali membangun jaringan kereta api di Surabaya. Jaringan kereta api yang pertama kali dibangun SS meliputi Surabaya-Pasuruan yang diresmikan tahun 1878. Berangsur-angsur, SS membangun jaringan kereta api hampir di seluruh wilayah Jawa Timur yaitu di Malang, Jember, dan Banyuwangi.
Stasiun Surabaya Kota atau yang dikenal dengan Stasiun Semut merupakan salah satu stasiun awal yang dibangun SS di Surabaya. Kendati demikian, tempat pemberhentian kereta tersebut terletak cukup jauh dari area pelabuhan di Sungai Kalimas sehingga pengangkutan langsung menuju ke pelabuhan belum tercapai.
Baru pada tanggal 1 Januari 1886, SS membangun jaringan kereta api menuju Sungai Kalimas. Jalur kereta sepanjang 5 km ini terletak di sisi barat Sungai Kalimas.
Sebagai tempat pemberhentian, SS membangun Stasiun Kalimas di kawasan pelabuhan. Jalur kereta SS juga terhubung dengan Kantor Pelabuhan Surabaya.
Peta jalur kereta di Surabaya tahun 1913/Dok: KITLV |
Baca Artikel: Pelindo III Minta KAI Hidupkan Rel KA di Pelabuhan Semarang dan Gresik
Selain Staatssporwegen, perusahaan kereta api swasta Oost-Java Stoomtram Maatshappij (OJS) juga membangun jaringan kereta berupa trem di Pelabuhan Surabaya. OJS membangun jalur trem Ujung-Benteng yang diresmikan tanggal 10 Desember 1889 di sisi timur Sungai Kalimas. Tahun 1920-an jalur trem OJS di pelabuhan diganti dengan jaringan trem listrik yang diresmikan tanggal 15 Mei 1923.
Tanggal 1 Juli 1901, SS kembali membangun jalur kereta api menuju Pelabuhan Surabaya dari Stasiun Surabaya Gubeng. Di pelabuhan, SS membangun tempat pemberhentian, yakni Stasiun Prins Hendrik. Nama Prins Hendrik memiliki kesamaan dengan Benteng Prins Hendrik yang berada di sisi selatan stasiun. Jalur kedua SS di pelabuhan ini dibangun di sisi timur Sungai Kalimas, berdekatan dengan jalur trem milik OJS.