Pemerintah terus mengebut proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang ditargetkan bisa beroperasi akhir 2022. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan mengguyur dana APBN melalui skema Penyertaan Modal Negara (PMN).
Menteri BUMN Erick Thohir telah mengusulkan anggaran besar PMN kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI. Nantinya mayoritas anggaran PMN tersebut akan dialokasi untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang menjadi salah satu proyek strategis nasional (PSN).
Baca Artikel: Asyik! Kereta Cepat Jakarta-Bandung Ditargetkan Beroperasi Akhir 2022
Erick menerangkan, untuk tambahan PMN 2021, KAI memperoleh suntikan dana Rp7 triliun. Dana tersebut digunakan untuk proyek Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek sebesar Rp2,7 triliun dan pemenuhan Base Equity PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar Rp4,3 triliun.
Selanjutnya untuk PMN 2022, Erick mengusulkan PMN Rp4,1 triliun ke KAI. Dana tersebut dikhususkan untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung guna menutup cost overrun. Sehingga dana PMN yang diguyur khusus untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebesar Rp8,4 triliun.
"Untuk Kereta Api (KAI) ini penugasan penyelesaian. Kereta Api PMN 2022 Rp4,1 triliun. Salah satunya untuk menyelesaikan kereta api cepat," ungkap Erick dalam rapat kerja (raker) bersama Komisi VI DPR, Rabu 14 Juli 2021.
Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung/Dok: KCIC |
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Ditargetkan Beroperasi Akhir 2022
Progres pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung per Mei 2021 sudah mencapai 74 persen. Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan bagian dari proyek strategis nasional.
Konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia Cina atau KCIC menargetkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan mulai beroperasi pada akhir 2022 atau menjelang pelaksanaan G20.
“Jadi November 2022 sudah bisa dicoba. Mudah-mudahan di November (2022) bisa dicoba Presiden RI dan Tiongkok (China),” ujar Corporate Secretary KCIC Mirza Soraya seperti dikutip.
Baca Artikel: Intip Teknologi dan Kecanggihan CR400AF, Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Tahun ini, KCIC akan menggeber penyelesaian pembangunan 13 tunnel atau terowongan. Mirza menjelaskan, dari total 13 terowongan, KCIC telah menyelesaikan delapan lokasi. KCIC pun bakal mempercepat pembangunan sarana-prasarana yang dibutuhkan, seperti stasiun hingga pemasangan rel.
Hingga awal Juni 2021, KCIC telah menyelesaikan pemasangan boks girder arah Bandung dari casting yard tahap pertama. Selanjutnya, KCIC akan mulai memasang peralatan sistem perkeretaapian.
“Target kami, pada Februari 2022, konstruksi struktur bridge rampung,” sebutnya.
Perusahaan yang Terlibat di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan kerja sama antara Indonesia dan China. Pemerintah mengantongi 60 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia. Sisanya 40 persen dimiliki konsorsium China.
Adapun PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia terdiri dari PT Wijaya Karya Tbk, PT Jasa Marga Tbk, PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), dan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Bertindak sebagai pemimpin konsorsium adalah Wika.
Sedangkan, konsorsium China terdiri dari China Railway International Co Ltd, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, dan China Railway Signal and Communication Corp.
Baca Artikel: Megah dan Modern, Ini Desain Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Kereta Cepat Jakarta-Bandung/Dok: KCIC |
Polemik Sempat Muncul, Dana Proyek Bengkak hingga Rp88,4 Triliun
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung semula membutuhkan biaya Rp20 triliun. Namun saat ini diketahui bengkak menjadi USD 6,071 miliar atau sekitar Rp85,2 triliun (Kurs Rp14.200). Pembengkakan terjadi lantaran munculnya berbagai kebutuhan yang tidak diprediksi pada awal proyek.
Berdasarkan perjanjian, membengkaknya biaya ini sepenuhnya ditanggung konsorsium. Melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, konsorsium BUMN mengantongi 60 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia-China. Adapun 40 persen sisanya dimiliki China Railway International Co Ltd.
Baca Artikel: Proyek Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya Mulai Dibangun 2022
Naiknya biaya proyek dari rencana awal terjadi lantaran munculnya berbagai kebutuhan yang tidak diprediksi pada awal proyek. Mirza mengatakan dalam proses pembangunan, terjadi banyak hal yang tidak terduga di lapangan sehingga menambah beban biaya, khususnya dalam aspek pembebasan lahan dan utilitas.
Pemindahan utilitas yang dimaksud, misalnya pemindahan gardu listrik, pipa air, kabel fiber, atau jaringan lain yang merupakan utilitas umum untuk menunjang pelayanan masyarakat.
"Ada proses yang cukup panjang yang harus ditempuh untuk bisa membebaskan lahan dengan utilitas itu, dan ini memakan biaya," kata dia.