Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) masih terus dikerjakan dan ditargetkan bisa beroperasi pada akhir 2022. Proyek kereta super canggih ini menawarkan kecepatan serta kenyamanan bagi para penumpangnya.
Namun polemik terus muncul pada proyek ini, khususnya mengenai anggaran yang terus membengkak. Sebagai catatan, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung semula membutuhkan biaya USD1,4 miliar atau Rp20 triliun.
Baca Artikel: Pemerintah akan Suntik Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Rp8,4 Triliun
Kemudian bengkak menjadi USD6,071 miliar atau sekitar Rp88 triliun (Kurs Rp14.500). Pembengkakan terjadi lantaran munculnya berbagai kebutuhan yang tidak diprediksi pada awal proyek.
Berdasarkan perjanjian, membengkaknya biaya ini sepenuhnya ditanggung konsorsium. Melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, konsorsium BUMN mengantongi 60 persen saham KCIC. Adapun 40 persen sisanya dimiliki China Railway International Co Ltd.
Namun ternyata, anggaran proyek ini kembali bengkak imbas persoalan lahan dan pandemi Covid-19. Berikut analisisnya dari informasikereta.com.
Mengutip pernyataan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Salusra Wijaya saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, Rabu (1/9/2021) lalu. kebutuhan investasi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membengkak menjadi USD8 miliar atau Rp114,4 triliun (Kurs Rp14.500 per USD). Besaran tersebut turun dari prediksi di November 2020 oleh konsultan KCIC dan juga prediksi PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Dia menuturkan pada November 2020 prediksi biaya proyek membengkak ke USD8,6 miliar atau Rp123 triliun. Bahkan, PSBI memprediksi dua skenario pembengkakan biaya, yaitu USD9,9 miliar atau Rp141,57 triliun hingga USD11 miliar atau Rp159 triliun.
"Dari awal (anggaran) USD6,07 miliar biaya awalnya, namun berkembang menjadi USD8,6 miliar setelah dilakukan kajian dengan bantuan konsultan," jelas Salusra.
Perkiraan PSBI ini, lanjutnya dikarenakan adanya perubahan biaya dan harga ditambah lagi penundaan pembebasan lahan. Namun, setelah dihitung kembali, kebutuhan investasi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membengkak tidak sebesar itu, tapi menjadi USD8 miliar. Besaran tersebut tidak sebesar prediksi konsultan KCIC dan PSBI.
Jadi, menurut Salusra, biaya awal pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah USD6,07 miliar atau Rp88,02 triliun. Dengan adanya prediksi pembengkakan hingga USD8 miliar, artinya terdapat kenaikan USD1,93 miliar atau setara Rp27,99 triliun.
"Perkiraan ini (USD8 miliar) karena new management KCIC, dibantu konsultan, itu berhasil dilakukan beberapa efisiensi-efisiensi, cost cutting, juga efisiensi dalam pengelolaan TOD juga pengelolaan stasiun dengan relokasi stasiun dan sebagainya, alhamdulillah bisa dipres dari range USD9,9 miliar-USD11 miliar tadi menjadi USD8 miliar," tuturnya.
Baca Artikel: Asyik! Kereta Cepat Jakarta-Bandung Ditargetkan Beroperasi Akhir 2022
Anggaran proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung terus bengkak/Dok: KCIC |
Baca Artikel: Intip Teknologi dan Kecanggihan CR400AF, Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Dia menambahkan sampai sekarang KCIC terus melakukan review. Selain itu, juga melakukan negosiasi-negosiasi untuk menekan biaya.
"Sampai sekarang KCIC terus melakukan review dan negosiasi dengan konsorsium kontraktor HSRCC ini terus dilakukan, efisiensi terus dilakukan, restrukturing fisik project juga dilakukan, restructuring dengan kreditur dari CDB terus dilakukan dan itu sangat-sangat thought sekali karena persyaratan pertama sendiri dari kami yaitu setoran modal itu belum bisa kita penuhi. Itu basic sekali," paparnya.
Di tempat yang sama, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan prediksi pembengkakan biaya tersebut dikarenakan keterlambatan penyerahan lahan serta adanya pandemi Covid-19.
Baca Artikel: Megah dan Modern, Ini Desain Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung
“September 2020 sudah ada indikasi cost overrun. Muncul dalam kajian pada Januari 2021 senilai USD2,28 miliar (penambahan biaya). Disebabkan karena keterlambatan penyerahan lahan untuk proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung sehingga berdampak pada cost overrun,” kata Didiek.
Meski terus membengkak, pemerintah dan DPR sudah sepakat untuk memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Untuk tambahan PMN 2021, KAI memperoleh suntikan dana untuk pemenuhan base equity KCIC sebesar Rp4,3 triliun. Sedangkan pada PMN 2022, jumlahnya mencapai Rp8,4 triliun.