PT Kereta Api Indonesia (Persero) resmi menghentikan layanan Kereta Argo Parahyangan tujuan Gambir-Bandung Kota. Penghentian layanan KA Argo Parahyangan mulai dilakukan per tanggal 1 Februari 2025 atau saat Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025 berlaku.
Sebagai gantinya, KAI menghidupkan lagi KA Parahyangan yang melayani penumpang kereta api dengan 2 kelas yaitu Eksekutif dan Ekonomi. Bak bangkit dari kubur, KA Parahyangan sendiri merupakan rute kereta bersejarah. Sebab sudah eksis sejak 1971 atau 54 tahun silam yang merupakan induk dari dari KA Argo Parahyangan, hasil peleburan dengan KA Argo Gede.
Baca Artikel: KAI Resmi Hentikan Operasional KA Argo Parahyangan
KA Parahyangan dibuat pemerintah lewat Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada 31 Juli 1971 sebagai solusi menghubungkan Jakarta dengan Bandung. Kala itu, cara orang pergi ke Bandung lewat jalur darat hanya bisa melalui Pantai Utara Jawa (Bekasi-Karawang-Purwakarta-Bandung) dan Puncak (Bogor-Cianjur-Bandung).
Tentu, jalur tersebut memakan waktu tempuh lebih lama. Dan akan lebih lama seiring bertambahnya jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat. Maka, pada 31 Juli 1971, pemerintah merilis KA Parahyangan sebagai salah satu moda transportasi.
Pada awal beroperasi, kereta menggunakan lokomotif BB201 dengan 14 kereta dalam satu rangkaian. Rangkaian berangkat dan berhenti dari Stasiun Gambir ke Stasiun Bandung Kota. Dalam riset "Parahyangan: Sejarah Sosial Kereta Api Komuter Jakarta-Bandung, 1971-2010" (2023) diketahui, keberadaan KA Parahyangan langsung menjadi moda transportasi favorit masyarakat, khususnya para pekerja, pedagang dan mahasiswa yang punya aktivitas di Jakarta dan Bandung.
Jadi, para penumpang sering pergi Minggu sebelum memulai aktivitas, lalu kembali lagi di hari Jumat menggunakan KA Parahyangan. Atas dasar ini, KA Parahyangan dapat dikategorikan sebagai kereta api komuter. Bahkan, disebut merajai jalur darat Jakarta-Bandung selama 4 dekade.
Satu pesaing KA Parahyangan muncul pada 1995. PNKA merilis rute Jakarta-Bandung baru bernama KA Argo Gede yang memiliki perbedaan dari segi waktu tempuh dan harga. Jika KA Parahyangan memakan waktu 3-3,5 jam, maka KA Argo Gede diklaim bisa memangkas waktu menjadi 2-2,5 jam. Tentu, keringkasan waktu sebanding dengan harga yang semakin mahal.
Meski begitu, baik KA Parahyangan dan KA Argo Gede sama-sama mengalami kemunduran pada 2005 imbas peresmian jalan tol penghubung Jakarta-Bandung. Jalan Tol bernama Cipularang (Cikampek-Padalarang) ini membuat masyarakat beralih ke bus atau kendaraan pribadi meninggalkan kereta api.
KA Parahyangan/Dok: Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapian Indonesia 2015 |
Sampai akhirnya, penurunan minat penumpang kereta api membuat pemerintah meleburkan KA Parahyangan dan KA Argo Gede. Pada 2010, peleburan menghasilkan KA Argo Parahyangan. Kereta ini beroperasi dengan 5 rangkaian, tiga eksekutif dan dua kelas bisnis, dengan jadwal perjalanan pulang-pergi.
KA Argo Parahyangan menawarkan tiga kelas dalam perjalanannya. Pertama, kelas ekonomi. Pada kelas ini, penumpang akan mendapatkan tempat duduk format 2-2 dan tidak berhadapan. Penumpang juga akan mendapatkan fasilitas AC, toilet, dan stop kontak di setiap kursi. Namun, ruang untuk kaki penumpang lebih sempit. Penumpang dapat membeli tiket ekonomi KA Argo Parahyangan dengan harga Rp 150.000.
Kedua, kelas eksekutif. Pada kelas ini, penumpang akan mendapatkan tempat duduk format 2-2 yang dilengkapi lampu baca, meja lipat, bantal, selimut, dan pijakan kaki. Ruang untuk kaki kelas eksekutif lebih luas daripada kelas ekonomi. Bahkan, kelas eksekutif juga menyediakan pijakan kaki. Penumpang dapat membeli tiket kelas eksekutif kereta ini dengan harga mulai dari Rp 250.000.
Baca Artikel: Trem Produksi INKA Unjuk Gigi, Bisa Jalan Tanpa Masinis-Pakai AI
Ketiga, kelas Luxury. Kelas ini memberikan fasilitas yang lebih nyaman kepada penumpang. Kursi dalam kelas ini dapat diputar dan dimiringkan 140-180 derajat. Selain itu, kelas ini juga menyediakan makanan dan minuman free flow yang tersedia di minibar. Bahkan, penumpang juga akan mendapatkan perlengkapan kecil, seperti bantal, selimut, handuk wajah, dan lampu baca. Penumpang dapat membeli tiket KA Argo Parahyangan kelas Luxury dengan harga Rp 380.000 sampai Rp 510.000.
Kini, KA Argo Parahyangan resmi dihentikan KAI. Namun sang raja KA Parahyangan hidup lagi dan bakal mengantarkan penumpang melahap rel dari Gambir, Jatinegara, Bekasi, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Cimahi, dan Bandung.